Dibuka PSB PesantrenBisnis.com SMP IT dan SMK IT Istana Mulia
A. Info PSB - PPDB Klik disini.
B. Daftar Online Klik disini.
C. Data Sementara Calon Peserta Tes PSB Klik disini.

Senin, 11 Juli 2016

Cara Sukses Menjadi pondok pesantren Unggulan ala K.H. Hasan Abdullah Sahal

Bagaimana Cara Sukses Menjadi pondok pesantren Unggulan ala K.H. Hasan Abdullah Sahal ?

Dahulu pondok pesantren itu kecil, tapi karena jiwanya besar, ia sekarang menjadi besar. Sampai-sampai United Nation atau PBB tidak bisa mengatur pesantren, UNESCO tidak bisa mengatur pesantren. Bagi mereka intervensi adalah “amal shaleh”, tapi bagi kita itu adalah dzanbun kabir (dosa besar).

Sejak berdiri, pesantren itu anti penjajahan. Dan, itulah jiwa proklamasi bahwa penjajah tidak sesuai de­ngan peri kemanusiaan dan peri keadilan. 

Kemerdekaan kepada Belanda itu bukan orang lain, melainkan umat Islam, santri-santri, sultan-sultan dan sunan-sunan.

Ada kata-kata yang ingin­ saya ubah istilahnya, yaitu istilah nge-charge ba­terai atau nyetrum aki. Saya senang­ dengan kata-kata itu dan ingin saya kaitkan dengan membaca raport diri kita masing-­masing.

Dalam raport pondok ada predikat mumtaz,. jayyid jiddan, jayyid dan maqbul. Murid yang lulusnya pas-pasan ada yang jadi menteri, jadi mantri, lurah dan jadi camat.

Jangan hanya menyetrum aki atau nyetrum dirimu, tapi lakukan juga dalam membaca raport. Jadi raport masing-masing dibaca. Bagaimana mahfudzotmu? kamu amalkan atau tidak? “Man jadda wajada”, dipakai atau tidak? ”Fakkir qabla ‘an ta’zima” dipakai atau tidak? Raport hakekatnya dibaca setelah berada di masyarakat. itulah raportmu yang sesungguhnya.

Setelah berada di masyarakat, kamu jadi tahu. “oh, berarti raport saya mumtaz kalah dengan yang maqbul.” Jadi, ada yang raportnya di Gontor maqbul ternyata di masyarakat nilai­nya mumtaz. Begitu pula sebaliknya, ketika nyantri di Gontor jadi ketua OPPM, ternyata sampai di luar hanya menjadi tukang penatu. Malah bagian penatu di Gontor, setelah keluar menjadi ketua partai, misalnya. Itulah raportmu di masyarakat. Masalahnya bukan kedudukan, kursi atau jabatan.

Raport yang kami maksud adalah raport nilai-nilai kepondokmodernan,­ nilai-nilai kepesantrenan. Setelah ber­­ada di tengah masyarakat, ketika kamu menjadi petani haruslah menjadi petani yang nyantri atau yang ma’hady. Kalau kamu jadi pegawai, harus menjadi pegawai yang ma’hady. bahkan kalau kamu jadi pimpinan pondok, juga harus pimpinan pondok yang ma’hady, karena ada pimpinan pondok yang tidak ma’hady. Dengan begitu raport kamu itu berfilosofi pondok. ”Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan­ hidup, takut hidup mati saja.” Dan “Hidup sekali hiduplah yang berarti.”

Kemudian ada raport cara dan jalan hidup. Banyak orang yang setelah terjun ke masyarakat, halah dan haram tidak lagi manjadi pertimbangan.

“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan senja hari de­ngan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengikuti Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keduanya itu telah melewati batas.” (QS Al-Kahfi [18]: 28)

Kita disuruh sabar, sabar untuk berpegang ayat-ayat dan hidayah Allah. Jangan samapai kita terbawa, terperosok atau terpesona karena mengharapkan dunia dan janganlah kita mengikuti orang yang hatinya telah lalai karena menuruti hawa nafsunya dengan melampaui batas.

Itulah kehidupan pesan­tren dan santri. Allah telah berfirman: ”Dan katakanlah: Kebenaran itu datang­nya dari Tuhanmu, maka siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan siapa yang ingin (kafir) biar­lah ia kafir. Sesungguh­nya Kami telah mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum. niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minum­an yang paling buruk dan tempat isti­rahat yang paling jelek.” (QS Al-Kahfi [18]: 29)

Kita hayati semua ini, karena kita semua adalah murid, yang sombong itu adalah guru-guru yang merasa paling­tahu atau dosen-dosen yang merasa lebih tahu daripada mahasiswanya. Itulah mereka yang bertitel tapi tak berkualitas. Banyak orang yang bertitel tapi tidak berkualitas, tapi banyak orang berkualitas tapi tidak bertitel. Kita hanya Muslim-Mukmin dan ­Allah Ta’ala “Guru” kita. Kita murid-murid ­Allah SWT. Raportnya ada disana. Inilah raport-raportmu semua di dalam ke­tauhidan, halal, haram, syariah dan cara hidup.

“Bacalah kitabmu, Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS Al-Isra’ [17]: 14)

Banyak orang yang bertitel tapi tidak berkualitas, tapi banyak orang berkualitas tapi tidak bertitel

Cara Sukses Menjadi pondok pesantren Unggulan ala K.H. Hasan Abdullah Sahal
Salam Sukses
http://www.smp-im.com/
http://www.smk-im.com/

sumber : http://tazakka.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar